Day 9

Selasa, 10 Februari 2009
written by : Muhamad Septiansyah (Jaka)

Sebelumnya, kami mau mengucapkan terima kasih buat keluarga dan temen-temen yang udah setia ngebaca blog ini (ataupun yg ada di Facebook Jaka) atau bahkan senantiasa menunggu update setiap harinya. Thank you..

“LIDYAAA!!” Pagi hari jam 8.00, suara bawel bu Ayi sudah meramaikan rumah. Kami yang masih tidur tergabung di ruang tamu sontak terkaget. Ternyata bu Ayi sudah membawa pasukan buat produksi. Total 4 ibu-ibu saudara dan kerabat dekat bu Ayi dan bu Pipi sudah meramaikan rumah.

Kami memang merencanakan produksi besar kedua hari ini. Dan Bu Ayi sudah mau mulai mencoba sendiri buat produksi kali ini. Sesuai yang kami jelasin di blog Day-1, nantinya, produk yang kami ciptakan di Sukabumi ini, akan dilanjutkan oleh mitra (keluarga angkat) di rumah masing-masing, setidaknya selama 6 bulan. Kalau bisa lanjut terus ya semakin baik. Dan ternyata bu Ayi sudah menunjuk tim produksi sendiri, yang pagi ini sudah berhasil menggetarkan rumah.

Kami sekelompok (5 orang tersisa), kali ini hanya berperan sebagai pengawas. Terutama untuk penempatan SOP (Standart Operation Procedure) di kegiatan produksi, juga sedikit membantu hal-hal mudah seperti mengupas pisang. Alangkah terhenyut kami melihat kelihaian si ibu-ibu ini mengupas, memarut, dan menggoreng pisang bahan Sadeees. Mahir beneeerrr!!!

Ukuran potongan pisang bisa sama (kendala terbesar kelompok kami), menggoreng lancar (Jaka langsung minta ampun), bahkan sampai proses penirisan minyak pun bisa membuat kami terkagum. Ingin rasanya kami langsung packing dan pamitan pulang. Hahaha.. Mantap!

1 tandan pisang tergoreng sudah menjadi keripik, hanya butuh waktu sekitar 2 setengah jam. Tipis, bentuk teratur, dan tidak bisa dibohongi kalau rasa kripik pisang menjadi lebih renyah. Aduh, pokoknya mantap! Bersama-sama, kami juga mencoba memberi bumbu ke beberapa ratus gram pisang untuk uji coba. Ntah gimana caranya, itu bumbu bisa tersebar rapi sampai tidak ada 1 keripikpun yang tidak berwarna merah kecoklatan. Senang! Terima kasih ya ibu-ibu.. Besok datang lagi ya!

Kenapa besok? Ya namanya ibu-ibu kegiatannya banyak. Jadi proses produksi lanjutan baru bisa dilakukan keesokan paginya. Hehe..

Ada sebuah kejadian unik di kegiatan produksi kali ini. Jadi Jaka dan Dika sempat pergi ke daerah Talang (dekat pasar), untuk mencari saringan minyak yang lebih besar. Pinjam motor pak Cecep, dikendarai Dika. Padahal dia cuman bisa motor matic, tapi hajar aja lah! Barang sudah dapat, mereka iseng-iseng main ke Palasari. Kegagalan besar didapat krn tidak menemukan satupun rumah mahasiswa. Haha..

Jadi untuk ke Palasari, harus ngelewatin turunan terjal dan berhasil mereka lewati. Di jalan balik, turunan berubah menjadi tanjakan (ya iya lah ya), dan Dika melakukan kesalahan dalam pergantian persneling. Dia menggunakan gigi 2. Jadilah motor tersendat di tengah-tengah tanjakan. Disaat persneling dipindah ke gigi 1, yang terjadi motor malah terseret dengan posisi setengah standing. Terjungkal lah mereka berdua ke tanah. Jaka jatuh lebih dulu dilanjutkan tibanan Dika yang juga menghindar dari motor. Hahaha..

Dibantu 2 orang warga sekitar, perlahan-lahan kami dibantu berdiri, dan motor juga dibantu untuk dipinggirkan. Rasa takut motor rusak, ga enak sama pak Cecep, disertai tawa akibat mengingat kejadian jatuh yang cukup aneh. Setelah kejadian, kami baru sadar kalau kami jatuh di tepi jurang. Bukan jurang terjal, tapi jurang menuju perkebunan di bawah. Ya serem juga sih. Luka-luka kecil dan lumayan besar mewarnai tubuh Jaka dan Dika. Setelah berterima kasih kepada 2 orang yang membantu, kamipun menuju pulang.

Benar saja, 2 anggota kelompok kami yang malang ini kembali disambut gelak tawa oleh anggota kelompok yang lain. Haha.. Mereka langsung membersihkan luka. Tapi pak Cecep itu baik banget! Dia sama sekali ga nanyain tentang motornya. Padahal Dika sama Jaka udh minta maaf berulang kali karena ketakutan. Hehe.. Tapi ya emang gak knapa-napa sih motornya. Sudah lah, cukup jadikan selingan menarik di siang hari. Hehe..

Waktu terus berjalan sampai menjelang Magrib. 2 kali sehari, si Depit pergi ngaji ke Masjid. Kami selalu menanti dia pulang karena lucu banget! Setiap pulang ngaji, Depit yang menggunakan sarung dan terkadang dilengkapi baju koko, selalu mendatangi semua orang di rumah, termasuk kami, buat cium tangan. Aduh bener-bener anak yang soleh. Hehe..

Kami menghabiskan malam di rumah kang Nana. Kembali membawa tikar buat duduk di teras rumahnya. Malam ini kami berbincang agak serius. Dari perekonomian warga sekitar, pengeluaran perbulan, sampe cerita kang Nana yang susah payah membangun rumah. Jujur kami takjub sendiri. Bayangkan aja, untuk keluarga dengan 1 anak dan rumah, pengeluaran normal perbulan hanya sekitar 700-800 ribu. Bahkan biaya parkir di Pim 2 sudah bisa menghidupkan mereka selama 1 hari. Benar-benar aneh. Jarak dari Jakarta hanya 3 setengah jam, tapi pola kehidupan sudah berbeda total. Ya bisa ngebuat kami berfikir sejenak juga lah. Hehe..

Sekian cerita hari ini. Besok Jaka dan Dika pulang ke Jakarta sampe hari Minggu. Jadi buat sementara, penulisan blog bakal digantikan perannya dari Jaka ke Manda. Keep update ya!

Good nite everyone!

No comments:

Post a Comment