Senin, 16 Februari 2009
written by : Muhamad Septiansyah
Brrrr.. Ntah kenapa tiba-tiba terasa dinging layaknya kamar yang dihiasi AC 3pk. Lihat kanan kiri, ternyata Abi yang lagi agak sesek, ngebuka jendela kamar! Padahal masih jam 5.30 di pagi hari. Saat-saat dimana hawa dingin terasa maksimal. Haha..
Jam 7, secara tak biasa semua sudah terbangun. Ya iya, pastinya krn ga ada Dika. Hehe.. Ngeliatin segala macem yg lewat depan rumah. Ada warga sekitar, anak sekolah, tukang bubur, motor, pick up, ayam, kambing, sapi, kerbau, dan lain-lain. Berniat beraktifitas, akhirnya kami putuskan buat lari pagi! Hahaha.. Rajin ya?
Peserta pagi ini ada Amanda, Abi, Jaka, William, dan Nessia. Lidya dan Dika baru balik kampung siang ini. Ya kalopun mereka ada disini, kita rasa ga bakal ikut lari pagi juga. Haha.. Abi, Amanda, dan Jaka memimpin barisan dengan berjogging. Nessia cukup berjalan kaki di belakang, ditemani William. Aduh mesra banget 2 pasang mata sipit itu. Haha..
Kami melewati rute yang belum pernah kami injaki sebelumnya. Dari, rumah, mengarah ke kanan, melewati rumah si kelompok tetangga yang pintunya masih tertutup rapat, melambaikan tangan ke petugas Balai Desa Pulosari, dan terus ke depan. Ternyata semakin ke depan, jalanan semakin menanjak. Setelah berlari sekitar 1,5 km, kami bertiga si barisan jogging pun berhenti di tengah tanjakan cukup terjal. Menunggu Nessia dan koh Willi yang tak kunjung datang.
Rupanya si Nessia ga kuat lari. Jangankan lari, jalan jauh pun tak lagi mampu. Semacam orang tua berumur 80 tahun. Haha.. Kami bertiga pun kembali meninggalkan Nessia dan William untuk menuju pulang, krn Abi sakit perut. Berselang 20 menit, pasukan jalan kaki akhirnya sampai. Nessia terlihat sangat pucat. Udh putih makin putih. Hadoh.. Dia pun langsung terduduk lemas, tanpa mampu membuka aqua botol. Kasihan. Tau gitu, mending ga usah ikut dari awal. Hehe.. Ayo semangat Nessia!
Saatnya produksi lagi! Persiapan pemasaran Jakarta, yang kali ini akan dibawa sama supirnya Lidya yang bakal nganter dia balik kesini. Total lebih dari 50 bungkus Sadeees 75 gr yang akan dibawa ke Jakarta kali ini. Seneng banget, semakin hari, semakin besar pesanan. Udh mulai ada juga yang mesen kiloan. Tentunya kita kasih packaging dan harga khusus dong. Ayo siapa mau pesan? Atau berniat jadi reseller? Hehe..
Dika pulang! Diantar oleh seekor Kijang silver milik Jason, si anggota kelompok dodol pisang. Banyak banget barang nih orang. Tas pakaian, ember buat nyuci, dan yang membuat kami tersenyum, gitar! Haha.. Pertanda dia siap menghibur keheningan rumah, atau sekedar berpartner dengan ipod dan speaker aktif yang dibawa Jaka di hari sebelumnya.
Hal menggembirakan ini diikuti oleh kabar buruk dari Jakarta. Jadi waktu Jaka ke Jakarta, dia mencetak label Sadeees di percetakan milik Novendri, teman kampus. Proses cetak ini selesai hari ini dan diambil sama Lidya. Sungguh mengesalkan, dari 500 kertas ukuran a4 yang kami cetak (pertanda berjumlah 5000 label), keseluruhannya reject! Warna berubah menjadi dominasi pink. Untungnya berkat keahlian negosiasi (sedikit diwarnai emosi) oleh Lidya dan Ayahnya yang ikut mengantar, kami berhasil menolak hasil cetak dan dikembalikannya seluruh uang muka.
Ada-ada aja ya? Kami disini lagi kehabisan label, ditambah bayangan datangnya Lidya yang membawa 5000 buah cetakan label, tapi malah kejadian seperti ini. Pusing? POL! (dengan gaya Lidya berbicara). Alhirnya, untuk mengakali sekitar 50 bungkus yang siap kirim ke Jakarta, Jaka dan Abi mencetak label di kang Nana, dengan printer epson andalannya. Ya lumayan lah buat sementara, sambil kami memikirkan cara lain untuk mencetak label di percetakan lain.
Masih menunggu Lidya, tapi waktu sudah menunjukkan pukul 14.00. Pertanda kami harus mulai bersiap-siap pergi. Krn hari ini kita harus ngajar lagi! Hehe.. Mereka yang beruntung mendapatkan pendidikan dasar bahasa Mandarin kali ini, adalah murid kelas 5 SD Madrasah, yang jaraknya hanya sekitar 3 menit berjalan kaki dari rumah.
Secara antusias, keseluruhan warga sekolah menyambut kami. Pas banget mereka lagi jam istirahat kayanya. Tapi kami tidak perlu menunggu lama untuk mulai mengajar. Kelas yang sangat sederhana, kondisi 5,5/10, meja dan kursi kayu yang cukup mengenaskan, tembok yang perlu ditambal dan cat ulang, serta jendela yang perlu dibersihkan tumpukan jamurnya. Tapi tenang, ga mengurangi semangat Abi dan Nessia menjadi guru kok! Hehe.. Jadi mereka berdua yang ngerti Mandarin, jadi guru utama, kami yang lain cuman lihat-lihat, palingan Jaka banyak foto-foto sama kamera yang baru dia bawa dari Jakarta.
Seneng banget ngeliat semua anak di dalam kelas yang sangat antusias sama pelajaran dari kita. Walaupun penuh gangguan dari siswa-siswa lain di luar kelas, yang terkadang cukup memancing emosi. Hehe.. Tapi kami berhasil kok, menyelesaikan sekitar 1 jam waktu mengajar. Di kesempatan selanjutnya, kita akan mulai ngajar Bahasa Inggris! Ikutin terus ya ceritanya..
Pulang ke rumah, ternyata Lidya sudah datang! Ditemani orang tuanya yang membawa Sadeees ke Jakarta dengan jumlah yang cukup banyak. Lidya juga banyak bawa titipan dari kita. Juga mengoleh-olehi TomPit yang gak kebagian bingkisan Jakarta dari Jaka kemarin. Abisnya si Jaka cuman bawa buat yang tua-tua. Hehe.. Mau tau yang paling mantap? Lidya bawa 2 ember ayam KFC! Waahh! Langsung kerasa lapar ngeliatnya. Haha.. Belum habis rasa riang melihat logo KFC, kami kembali dikejutkan oleh dvd player yang juga dia bawa. Siap menyerang rasa bosan! Ayo Sadeeestis! Hehe..
Kami menghabiskan cahaya sore matahari Pulosari dengan menikmati martabak murah (serba 4 ribu), yang terasa nikmat, dengan pancaran gerobak biru dan kulit hitam si a'a penjualnya. Hehe.. Sambil ngobrol-ngobrol sama Pak Burhan dan Pak Felix yang datang berkunjung, gigi taring kami perlahan-lahan menghancurkan manisnya martabak yang senantiasa menghangatkan ronggal mulut dengan tiupan manisnya. Apa sih ini bahasanya? Haha..
Perlu diketahui, hari ini kamu belum juga lolos dari keramaian yang mengesalkan dari Bapaknya Tomi yang ternyata belum ada rencana kembali ke Jakarta. Kalo masih bingung, gini deh perbandingannya. Kalo kita keluar satu kalimat, dia keluar satu cerpen. Kalo kita mengeluarkan 1 cerpen, dia membalas dengan 1 novel tebal yang hampa tiada arti. Jaka dan Manda perlahan-lahan mulai menunjukkan kekesalan secara langsung. Ada hasil? Terima kasih Tuhan, ternyata tetap nihil. Ayo semuanya datang kemari. Tolong kami. Hehe..
DVD time! Setelah bermain dengan ulat daun di rumah kang Nana, kami jadikan film 21 sebagai dongeng sebelum tidur. Hehe.. Seneng juga akhirnya ada hiburan lain di waktu malam. Kayanya bakal jadi rutinitas tiap malem. Stok dvd banyak banget. Dika bawa lebih dari 30 film. Ditambah sedikit dari Jaka dan Manda. Berlebihan kah kami? Silahkan nilai sendiri ya. Antara berlebihan, atau kampungan, atau desaan. Haha..
Penasaran kami jualan sirup jeruk sama es teh manis? Tunggu blog besok ya!
Ayo obo! Hehe..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment