Sabtu, 7 Februari 2009
written by : Muhamad Septiansyah (Jaka)
Sungguh mengagumkan. Amanda Siallagan yang semakin hari semakin mantap dengan keahliannya memasak bumbu Sadeees, hari ini menjadi yang paling pagi dalam persaingan bangun tidur. Wow! Jaka yang tidak terbangun Subuhpun langsung mengaku kalah. Haha..
Oh iya belum sempet cerita. Setiap pagi, Jaka yang sepanjang hari ini mengeluhkan koneksi internet di handphonenya, mempunyai kebiasaan unik. Setiap pagi dia selalu mencoret angka di sebuah kalender Gerindra yang menempel di dinding ungu ruang tamu. Setiap coretan selalu disertai tepukan tangan dari anggota kelompok lain. Untuk hari ini, mencoret tanggal 6, pertanda 24 days to go! Masya Allah masih lama.
Hari ini hari berkabung pertama buat kelompok kami. Amanda dan William akan berpulang ke tanah Jakarta. Dijemput pacarnya Manda ke sini(mungkin ini yg ngebuat Manda bangun paling pagi). Mereka bakal balik lagi kesini hari Senin. Ya sementara juragan finance si William akan digantikan perannya secara menyeluruh sama Nessia. Kalo peran Manda memasak bumbu Sadeees, kita rasa gampang aja digantikan siapapun. Hehe..
Aktifitas di sabtu nan cerah tanpa rintikan hujan ini kami mulai dengan kegiatan packaging. Jaka siap di mesin sealer, Nessia Lidya Abi siap di depan plastik, timbangan, dan Sadeees, William siap dengan tissue untuk membersihkan minyak di bagian atas plastik, Manda siap dengan puluhan label, Dika ngapain ya? Nanti kita inget-inget dulu yaa.
Ada 2 bentuk packaging Sadeees. Untuk konsentrasi pasar Jakarta atau kota lainnya, kita kemas bungkus seberat 100 gram. Akan dijual dengan harga 4-5 ribu. Untuk pasar daerah sekitar Pulosari dan Palasari, kita menyiapkan kemasan 25 gram yang akan dijual 500 rupiah. Kenapa harga segitu? Krn di daerah sekitar sini, cemilan seperti Sadeees kemungkinan tidak akan laku kalau dijual melebihi Rp 500,-.
Manda dan William juga bakal bawa beberapa bungkus ukuran 100 gram ke Jakarta siang ini. Buat dikenalkan ke keluarga dan kerabat terdekat. Tapi tetap saja, konsentrasi utama kami menyiapkan kemasan 25 gram karena akan secepatnya disebarkan siang ini ke warung sekitar untuk tes pasar. Target 5 warung besar sudah disiapkan, setelah survey yang dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung selama beberapa hari ke belakang.
Proses packaging masih berjalan, sampai sudah si Dito pacar Manda ke rumah pak Cecep. Kita cukup bingung juga dia bisa dengan mudahnya sampai padahal perjalanan kesini cukup jauh dan sulit dijangkau. Tapi ya demi mengejar cinta di pelupuk daun pisang, mungkin sampai ke RRC tanah lahir Nessia pun, Dito yang menimba ilmu di S2 Prasmul ini, bisa menjemput Manda. Haha.. Untung Manda sudah cepat-cepat mandi, menghilangkan bau minyak tanah yang setiap hari datang menyerbak dari kompor tradisional di dapur.
Ucapan selamat tinggal dan daftar titipan barang kami ikhlaskan kepada Manda dan William. Sejenak setelah mereka pergi, rasa sepi langsung menghantui rumah kami. Depit dan Tomipun belum pulang dari sekolah. Pak Cecep sama Bu Ayi juga lagi pergi. Untungnya permainan kartu bisa menghibur sambil berlogat Cina atau menyautkan “Bade kamanaaa?” Buat teman-teman kelompok lain yang lewat depan rumah.
Sekilas tentang produk kelompok lain, kami semua memproduksi produk yang berbeda-beda. Bahan baku boleh sama, tapi hasil pengolahan harus beda. Ada yang buat kripik singkong “Si Engkong”, kripik pisang coklat, dodol pisang, kripik ubi stick, kripik nasi seperti jipang, semprong, dan lain-lain. Rata-rata berbentuk snack. Ada yg juga sudah mulai produksi besar, tapi banyak juga yang masih dalam tahap uji coba dan penyempurnaan produk. Tiap-tiap kelompok biasanya saling memberi masukan buat produk kelompok lain.
Setelah lewat waktu Dzuhur, kami mulai keluar rumah untuk menyebarkan Sadeees ke warung-warung sekitar dengan maksud untuk menitip jual. Kami menghargai Sadeees seharga Rp 400,- dan mereka akan menjual dengan harga Rp 500,-. Alhamdulillah, sesuai rencana, 5 warung yang sudah kami rencanakan, menerima Sadeees dengan baik.
Kami menitipkan 10 bungkus kemasan 25 gram dan memberikan 1 bungkus gratis untuk dicoba langsung oleh empunya warung. Masukan demi masukan kami terima dari setiap penjaga warung. Rata-rata mereka menyampaikan, kalo jualan di daerah sini, jangan terlalu pedas. Krn warga sekitar biasanya kurang doyan yang pedas, apalagi anak-anak. Kami terima dengan baik setiap saran dan kritik yang ada, sambil terus mencari jalan keluarnya.
Salah satu warung makan bakso “Planet Bakso” malah mau nerima yang kemasan 100 gram. Dia kedai bakso ini dia juga ngejual Talating (kripik talas, yang merupakan proyek senior kami di tahun lalu) dengan berat kemasan yang sama. Kami sangat menyambut baik permintaan bu Yayah si empunya Planet Bakso. Krn profit dari kemasan 25 gram terbilang tipis. Mungkin hari senin atau selasa nanti kita bakal drop Sadeees 100 gram kesitu.
Sambil jalan pulang, kita sempatkan buat bersilaturahmi ke rumah teman-teman seperjuangan. Mampir ke kelompok winston sama kelompok lia. Ketemu juga di jalan sama kelompok dipta si kelompok tetangga, sekalian mereka ngundang bakar-bakar ikan nanti malem di rumahnya. Siap bermalam minggu! Hehe..
Singkat cerita, sesampainya kami di rumah, ntah kenapa muncul semangat untuk produksi produk revisi. Berbekal segala masukan dari warung sekitar, kamipun memanfaatkan sisa kripik pisang yang sudah digoreng, untuk diberi bumbu racikan baru. Walaupun cuma ber-5, ternyata tidak mengurangi spirit Sadeees di diri kami. Waktu satu jam sudah cukup untuk memenuhi satu toples besar berisi sekitar 1 kg Sadeees. Besok siap untuk packaging!
Lewat Magrib, kami sengaja untuk tidak makan malam. Menunggu pukul 9 untuk ke rumah kelompok tetangga, memenuhi undangan malam minggu, bakar-bakar ikan. Hehe.. Cukup mati gaya, udh bosan di rumah, tapi males bergerak. Kalau suasana udh sperti ini, biasanya logat Cina langsung memenuhi ruang tamu. Sambil sesekali mengulang pelajaran dari kang Nana.
Kalau jam segini, ruang tamu tidak diramaikan oleh kehadiran Jaka. Dia senantiasa duduk di teras, setiap hari setelah Magrib sampai sekitar Isya. Sang juru tulis blog ini selalu menyelesaikan tugasnya di tengah-tengah udara malam yang dingin. Memang aneh, tapi enak katanya. Walaupun terkadang dia masuk ke dalam rumah kalau sudah ada suara “Ehemm..” yang datang ntah dari mana. Haha..
Menghabiskan waktu, kami sekelompok banyak ngobrol sama Bu Ayi. Malam ini dia cerita pengalaman kunjungan terakhir ke Jakarta, tahun 1994. Udh lama ya? Haha.. Banyak yg lucu. Dari naik eskalator pegangan sama kakek-kakek, nangis di simulator robocop dufan krn dibedil (ditembak) dari layar di depan, bingung sama keran air di KFC (ternyata itu buat ambil sambel, haha..), dan masih banyak lagi. Kami ngajak Bu Ayi ke Jakarta lagi biar nanti jalan-jalan sama kita. Semoga dia mau deh nanti-nanti ngajak si Depit.
Tepat jam 9 malam, kami jalan ke rumah kelompok Dipta. Melewati sebuah sekolah yang terkenal angker. Jalanan yang gelap dihiasi kebun pisang yang mencekam. Ya bgitulah jalan ke rumah kelompok Dipta. Cukup dekat, masih satu jalan dengan rumah Pak Cecep, tapi cukup menguji mental. Senterpun hanya berani menerangkan kaki masing-masing. Jangan coba-coba menoleh ke arah sekolah deh pokoknya. Haha..
Kayu sudah dibakar oleh warga sekitar yang ikut bermalam minggu. Kami bercengkrama, foto-foto, mempererat hubungan antar 2 kelompok, sambil menunggu terpanggangnya belasan ikan Nila beserta 2 panci nasi liwet yang lagi dimasak Ibu Maysaroh, si empunya rumah. Lapar!
Kurang lebih satu jam menunggu, sekarang waktunya makan! Ditemani api unggun kecil yang spertinya tidak berhasil meredakan rasa dingin, kami duduk berbaris, mengikuti bentuk 2 buah daun pisang lebar panjang yang tertata rapi di depan kami, berperan sebagai piring makan malam kali ini. Jadi setiap sendok nasi ditumpahkan di atas daun pisang, di depan masing-masing peserta makan, dihiasi sebuah ikan nila yang sudah dibakar, beserta sambal kecap dan sambal jahe yang sangat nikmat.
Pengalaman yang cukup baru. Makan beramai-ramai dengan cara yang berbeda. Rasa makanan yang enakpun menjadi kepentingan nomor 2 (walaupun malam ini emang beneran enak banget), dan perasaan seru, ramai-ramai, serta unik sudah membuat kami makan lebih lahap dari biasanya. Untuk lebih jelasnya, nanti kami sertakan foto-fotonya disini ya. Hehe.. Kenyang! Santapan malam hari ini diakhiri dengan segelas air putih hangat yang tidak kalah nikmatnya..
Ngalor ngidul tanjung kimpul, sudah saatnya kami pulang ke rumah. Jarum jam dengan lantangnya menunjukkan pukul 23.30. Pamitan, dan kami siap menelusuri jalan yang singkat tapi terus mengancam dengan rasa seramnya.
Kurang lebih sudah sekitar 50m kami berjalan tunduk, Jaka yang berjalan paling depan, memberanikan diri untuk mendongak. Ternyata kegagalan besar. Terlihat liukan jalan sangat gelap mencekam di depan. Dalam sepersekian detik, Jaka berbalik badan sambil setengah berteriak “Gue ga berani!” Langsung sukses membanting mental satu kelompok. Haha.. Semua orang di rumah Dipta sontak tertawa melihat kami semua terbirit-birit berjalan balik. Hahaha..
Akhirnya kami ditemani pulang sama pemuda sekitar, si rifan (ripan) dan 2 temannya. Maksud hati lega, si ripan malah malah nakut-nakutin terus. Hadoh! Makin ga ada gunanya ditemenin. Hehe..
Sampe rumah, masih diselimuti rasa takut, sementara tinggal berlima yang berjuang disini. Akhirnya kami memutuskan buat tidur gabung di ruang tamu. Diatur sedemikian rupa, bisa juga ternyata kami menumpuk di surga pulosari ini alias ruang tamu.
Cerita belum selesai, 3 orang tidur, Jaka dan Dika memutuskan untuk menonton bola di RCTI (Bravo MNC Group!) jam 1.45. Kegiatan menonton dan minum kopi berjalan lancar sampai jam 3.00. Ntah kenapa dari hari sebelumnya kami suka mendapatkan pengalaman aneh setiap sekitar jam 3. Hari sebelumnya Lidya yang mengalami bergetarnya jendela kamar. Sekarang giliran jendela di belakang TV yang sedang dinikmati Jaka dan Dika, seperti diketok-ketok ntah sama siapa. Untungnya siaran Real Madrid bisa dengan mudah mengalihkan perhatian.
5 menit kemudian, terdengar suara yang lebih kencang dari ruangan sebelah yang dipisahkan pintu kayu dan kaca. Kali ini Jaka memberanikan diri untuk melihat. Sejenak, Jaka pun langsung beristighfar kencang setelah melihat sesosok putih berbentuk wanita yang lewat. Ya sudah pasti Dikapun tegang menanti ucapan lain yang keluar dari mulut Jaka selain bacaan Istighfar. Dan tiba-tiba, “Jakaaaa...” Rupanya bu Pipi udh bangun!!! Hadoohh ibuuu!! Bikin jantungan.
Sudah lah. Udh kepanjangan cerita di malam minggu. Ini ada ketelatan update juga. Secepatnya nanti ditulis cerita kehidupan di hari Minggu yang membosankan.. Bosan knapa? Tunggu aja ya..
Keep reading!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment