Day 12

Jumat, 13 Februari 2009
written by : Amanda Siallagan

Enjing enjing enjing! Wilujeng enjing! Hehe..

Jarum jam masih tegak lurus alias jam 6, suara Amanda (yang dengan mudahnya menjadi juara bangun di pagi hari krn ga ada Jaka) sudah memenuhi kamar. Wanita ini ternyata memang berniat membangunkan seluruh Sadeeestis yang masih mabok Sadeees alias tidur. Hehe.. Kenapa pagi-pagi? Karena harus produksi! Waduh. Jadi kita bakal nitip beberapa plastik lagi buat dibawa Lidya ke Jakarta siang ini. Sedihnya, giliran Lidya yang pulang hari ini.

Sampailah kami di akhir proses packaging Sadeees. Pertanda harus cepat siap-siap. Karena jam 8 pagi ini, kami akan mulai mengajar TK! Hore! Hehe.. Kegiatan ini kami laksanakan bertiga, Amanda, Lidya, dan William. Abi dan Nessia tidak bisa ikutan karena harus ikut rapat petinggi kelompok di Desa Palasari.

Setelah lengkap berpakaian kaos seragam Community & Development Project, kami (tanpa mandi, haha..) siap berangkat mengikuti bu Ayi ke PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini. Kalo ada yang lupa, jadi sehari-harinya setiap pagi, Bu Ayi ini juga bertindak sebagai guru setingkat TK. Perjalanan menuju PAUD cukup heboh. Ngelewatin jalan potong setapak sebelah rumah si kelompok tetangga. Di jalan, kami juga sempet ketemu kang Nana, yang juga langsung ngajak kita buat ngajar di TK tempat dia bekerja. Dimana juga terdapat 2 orang anak cilik legendaris alias TomPit. Haha.. Tapi berhubung lagi sama bu Ayi, jadinya kami menjanjikan mampir setelah dari Paud saja.

Sampai di PAUD, kami disambut sebagai 'Kakak Dari Jakarta'. Hehe.. Ga banyak yang kami lakukan disini. Palingan cuma ikutan nyanyi-nyanyi dan menggambar. Ya maklum lah, setingkat TK 0 kecil. Hehe.. Kalo yang setingkat TK 0 besar, mereka hari ini lagi menanam pohon. Lucu juga sih ngeliat anak-anak yang cuma setinggi pinggang, bisa ngebedain pohon jeruk dan pohon cabe yang baru setinggi 10 cm. Meanwhile, these 3 Mahasiswas, totally have no idea about the different between those small-tiny-10cm-not-important trees. Haha..

Hampir jam 9, kamipun meninggalkan PAUD untuk menuju TK tempat kang Nana. Letaknya cukup dekat dari rumah Pak Cecep. Tapi kata warga sekitar, sekolah ini angker banget kalo malem. Ada nenek-nenek yang jagain itu sekolah, suka menampakkan diri katanya. Hiiii.. Sudah lah ga penting. Hehe.. Sebelum bergerak, Lidya menyempatkan buat jajan telor gulung yang sudah dia idamkan sejak lama. Jadi jajanan ini berupa tepung terigu lembek, dilapisin sama telor, trus digoreng bentar. Rp 1.000,- pertanda sudah bisa menikmati 4 tusuk telur gulung. Haha..

TK Madrasah tempat kang Nana mengajar ini sudah hampir bubar waktu kita sampe. Kang Nana sendiri mengajar kelas 0 kecil, jadi kegiatannya ga beda jauh sama di kelas bu Ayi tadi. Berhubung kami penasaran dengan seorang preman cilik bernama Inlan (atas cerita dari Jendral TomPit), kami pun bergerak ke kelas 0 besar. Ya! Kelasya Tomi dan Depit. Hehe..

Masya Allah, emang ancur banget itu kelas. Ga bisa didiemin. Ampun-ampunan. Sebenarnya bawaan diri udah ga kuat. Tapi tetep aja, kami masih mau mencari Inlan, si paling biadab diantara anak-anak yang semuanya bandel ini. Tak terlalu sulit mencari, tiba-tiba muncul lah sesosok bocah berjaket hijau tua gaul dengan hiasan sebuah gigi yang ompong. Awalnya sih dia cengar-cengir aja. Kami kira dia lagi jaim. Rupanya lagi tes pasar! Haha.. Semenit kemudian, mulailah dia melakukan kegiatan perbandelan. Ngelempar penggaris ke Depit, mukul temennya yang lain, gangguin anak cewe, lari-lari naik kursi, sampe duduk di meja. Aduh ampun deh. Ternyata ada anak sebandel itu. Ga cuman di film. Haha..

Sampe di satu titik, dimana si Ibu Guru memerintahkan semua anak buat duduk untuk doa sebelum pulang. Si Inlan yang bangkunya agak di belakang malah numpang di meja TomPit, tanpa duduk. Tapi! Tiba-tiba, tak disangka, koh William maju satu langkah, dan langsung MENENDANG LUTUT BELAKANG SI INLAN sampe jatuh terduduk, sambil berucap "Bisa duduk rapi ga?!" Amanda, Lidya, dan Ibu Guru sempet kaget sesaat. Si Inlanpun langsung menuju mejanya, duduk, dan melipat tangan dengan rapi. Ckckck, koh Willy ternyata spesialis penakluk bocah preman. Hehe.. Anak-anak TK Madrasah pulang, kami pun ngikut lah.

Ntah gara-gara tadi ngajar, atau krn buku mewarnai yang baru dibawain Nessia kemarin, hari ini ada 6 bocah yang main ke rumah! Toko main kartu koh Willy pun semakin laku. Hehe.. Kami menghabiskan waktu pagi menjelang siang ini dengan bermain bersama bocah-bocah cilik yang senantiasa menghibur dan mengesalkan. Hehe..

Belum puas mengajar TK, kami bergegas untuk mengajar SD Madrasah yang sama letaknya dengan TK tadi. Jadi gantian penggunaan gedung. Pagi buat TK, siang buat SD. Kali ini, Abi dan Nessia berniat untuk mengajarkan bahasa Mandarin dasar. Aneh-aneh aja ya? Hehe.. Tapi kegiatan kali ini tanpa diramaikan Lidya yang sudah dijemput untuk menikmati hawa panas kota Jakarta.

Berjalan dengan dag-dig-dug hati berseri, kami disambut oleh ibu Ilis dan Zahra, anaknya yang masih berumur 2 tahun dengan bulu mata super dahsyat. 5 menit menunggu di ruang guru, sampai terdengar bunyi bel yang membuat hati kami makin kebat-kebit. Saatnya mengajar!

Masuk kelas, sok cool. Gimana lagi dong? Kesan pertama harus menipu bukan? hehe.. Diluar dugaan, siswa kelas 6 SD sudah jauh lebih mudah diatur. Dan yang lebih membuat heran, mereka seneng banget sama pelajaran dari Koh Abi dan Ci' Nessia. Keliatan dari mata mereka yang berseri mengikuti pelajaran berhitung 1-10 dan panggilan-panggilan dasar dalam bahasa Mandarin. Quiz dan game yang kami berikan juga diikuti dengan semangat. Senang rasanya. Hehe.. Bu Ilis pun langsung me-request kami untuk kembali mengajar di hari senin, untuk siswa kelas 5. Makin seneng deh kita..

Selain menambah pengalaman, kegiatan hari ini menyadarkan kami kalo mengajar itu ternyata beneran bikin capek. Kasian juga ya guru-guru kita dulu (halah). Hehe.. Sebelum pulang, kami mampir dulu di rumah neneknya bu Ayi yang letaknya persis di depan rumah kami. Udh hampir 2 minggu, belum pernah kami mampir. Dengan ajakan bu Pipi yang lagi nyapu di depan rumah, kami pun mampir. Hehe.. Di dalam, kita ketemu neneknya Bu Ayi yang sudah berumur sekitar 90 tahun. Terlihat masih sehat, lancar berbicara, mata juga masih awas, tapi sudah tidak bisa lagi berjalan. Rumahnya lumayan luas, tapi jauh lebih tradisional dibanding rumah Pak Cecep. Peran pintu kamar digantikan tirai. Kompor gas masih berupa tungku minyak tanah. Masih desa banget pokoknya. Bu Fifi (Baca : Pipi) sempet nawarin buat nginep. Tapi dengan sedikit sigap, kami menolak. Serem oy! Hehe..

Kegiatan sore dilanjutkan dengan kembali memasukkan Sadeees ke warung-warung terdekat sampai ke talang. Tidak ada sesuatu yang spesial. Hany rasa senang karena produk kami masih diterima warung-warunf tersebut dengan baik. Kegiatan di rumah juga seperti biasa saja. Ngobrol-ngobrol sama bu Ayi, makan, mandi. Tiba-tiba, baru 20.30, William udh mau tidur. Wah, tanda-tanda hari ini berakhir singkat. Amanda langsung sedikit panik karena sepertinya dia belum mengantuk. Tapi William beneran sikat gigi lalu masuk kamar. Disusul Abi yang juga mencari posisi buat tidur. Nessia, yang kelihatannya belum ngantuk, malah langsung renungan malam. Sehingga tidak ada yg bisa dilakukan Amanda selain menyelesaikan blog ini dan telponan sama pacar. Hehe..

Sekian dulu ya, bsok lanjut lagi di hari ke 13.. See you tomorrow!

No comments:

Post a Comment