Senin, 2 Februari 2009
written by : Muhamad Septiansyah (Jaka)
Sedikit perkenelan dulu ya.. Blog ini dibuat oleh beberapa mahasiswa S1 Bisnis Prasetiya Mulya yang berkumpul dalam satu kelompok untuk mengikuti kegiatan Community & Development Project yaitu tinggal di sebuah Desa terpencil di tengah-tengah pegunungan di daerah Sukabumi. Seluruh mahasiswa dibentuk menjadi 14 kelompok, yang masing-masing akan tinggal di sebuah rumah penduduk yang ada di 2 Desa besar yakni Desa Pulosari dan Desa Palasari. Terpencil? Lumayaaaaannnn...
Apa itu Sadeees? Nama Blog kami ini adalah nama kelompok dan juga nama produk kelompok kami. Terdiri dari 4 laki-laki dan 3 perempuan, yakni Nessia Kartika (Ketua), M. Septiansyah (Jaka - Wakil Ketua), Abidzar Rahadi (Abi), Amanda Siallagan, Dibya Adhika (Dhika), Lidya Harahap, dan William. Produk yang akan kami produksi di Sukabumi adalah kripik Pisang Balado. Bingung? Pernah makan singkong balado? Ya mirip-mirip gitu lah.. Cukup ya perkenalannya..
Sesuai jadwal, mulai pukul 7, kita berkumpul di kampus tercinta. Ngumpulin barang-barang, fotocopy ktp, ngambil kaos seragam, dan ngetawain temen-temen yang bawa barang super banyak. Hehehe..
Pas lagi heboh-hebohnya semua kelompok ngurusin barang masing-masing, muncul Lidya dengan mobilnya yang dari luar udh terlihat barang yang bertumpuk (Gas, kompor, peralatan Dapur, dan belasan barang yang lain). Kelompok kita emang belum nge-drop barang apapun di Sukabumi, walaupun ada beberapa kelompok yang udah. Sempet bingung juga mikirin gimana harus angkat barang segitu banyak. Sementara sudah ada rumor jarak jalan kaki yang cukup jauh dari tempat parkir bus. Tapi setelah turun mobil, Lidyapun berkata “Mobil gue ikut nganter..!!“. Kami ber6 pun langsung menjawab dengan “Terima kasih ya Tuhaann..!!” Hehe.. Semua barang-barang berat, langsung kita masukin ke mobil Lidya..
Udah kebayang pas nyampe di desa nanti bakal ngeliat kelompok lain berat-berat angkat barang sementara mobil Lidya bakalan ngikut dan berenti di depan rumah Pak Cecep, mitra kami di Sukabumi. Hehe..
Perjalanan dimulai jam 10, menggunakan 4 bus Hiba Utama yang (ternyata) ga pake AC dan cukup sempit jarak antar tempat duduk. Dibekali sekotak Hoka-Hoka Bento dan sekotak snack yang dikasih sama kampus. Total perjalanan sekitar 4 jam kurang dikit. Kegiatan di bus ya pada umumnya aja. Berisik, makan, tidur, ngatain orang, dan lain-lain.
Pemberhentian pertama, kantor Kepala Desa Palasari, ada acara pembukaan. Setelah memberikan salam selamat tinggal ke kelompok yang tinggal di Palasari, 2 bus melanjutkan perjalanan ke Desa Pulosari, termasuk bus kelompok kami.
Perjalanan pendek sekitar 15 menit, sampailah kami di sebuah lapangan voli, diwarnai dengan hujan cukup deras dan udara yang sangat dingin, bersih, bahkan segar. Tanpa asap knalpot ataupun udara yang kotor. Sayup-sayup terdengar sautan bahasa Sunda yang menjadi bahasa sehari-hari, dari rumah warga sekitar. Terlihat pula jalanan yang masih cukup panjang ke depan yang tidak dapat lagi dijangkau bus.
Di samping lapangan Voli, terdapat sebuah rumah tak bertingkat, yang berukuran cukup besar (lebar), dibaluti oleh cat warna ungu, memiliki warung serba ada, dengan pemandangan kebun pohon pisang, pepaya, dan pohon-pohon tak berbuah yang menjadi pemisah antar rumah-rumah di sekitar.
Sedikit terbayang alangkah enaknya kalo rumah kelompok kita disitu. Langsung tanya ke Abi, karena dia sudah survey rumah. “Rumah kita dimana Bi?” Abi pun dengan tenang langsung menjawab “Itu tuh..”, menunjuk rumah Ungu nan indah. “Waaahh!! Ternyata itu rumah kita!!” Alhasil kami tak perlu berjalan jauh. Cukup melihat 2 kelompok lain yang rumahnya masih harus berjalan kaki dari lapangan voli. Ada kelompok Dipta yang berjarak cukup dekat juga, sekitar 5 menit, dan kelompok Indra yang masih harus turun bukit, ya sekitar 15 menit.
Kami tinggal di rumah keluarga Pak Cecep yang beristri Ibu Ayi, dengan 2 orang anak bernama Defit (Baca : Depit) yang berusia 5 tahun dan Silvy yang duduk di kursi SMP. Tinggal juga disini keponakan Pak Cecep yang masih berusia 4 tahun, Tomi. Rumah ini terletak di samping jalan utama desa Pulosari. Jadi cukup sering kendaraan lewat terutama motor, yang menjadi salah satu alat transportasi utama di Desa ini.
Sedikit gambaran rumah, keluarga Pak Cecep termasuk yang cukup maju di Desa ini. Ada tv, kulkas, rice cooker, dispenser minuman, lantai ber-ubin (kecuali lantai dapur yang masih dari semen), dan yang paling penting, kamar mandi yang cukup bersih. Kloset jongkok dan bak berisi air yang sangat bening dan dingin.
Kami langsung merapihkan barang di 2 kamar kecil yang terletak di bagian depan, mengapit ruang tamu. Lampu kuning redup di kamar langsung kami ganti dengan lampu putih hemat energi yang kami bawa dari Jakarta. Ukuran kamar wanita lebih kecil dibanding kamar pria. Tiap kamar memiliki kasur tipis yang sudah hampir habis busanya, dengan bantal dan guling yang juga sama kondisinya. Tapi kamar yang bersih sudah cukup untuk membuat kami tersenyum. :)
Hujan terus turun seharian, bahkan sampai malam. Untuk hari pertama kami cuma banyak duduk mengobrol ketawa-ketawa di ruang tamu. Menghabiskan waktu yang terasa berjalan sangat lambat, sambil menikmati keripik pisang dan teh manis panas yang disuguhi Bu Ayi. Mau tau apa yang pertama kali kita omongin? Jadwal pulang ke Jakarta! Haha.. Hitung-hitung jatah pulang. Jadi tiap mahasiswa mendapat jatah pulang ke Jakarta selama 6 hari. Kita atur sendiri jadwalnya. Yaa, kita ngobrol aja terus ngalor ngidul sampe malem disitu. Kami rasa kelompok lain juga masih menikmati suasana rumah masing-masing. So excited =)
Waktu menunjuk pukul 7.30 malam. Suasana desa sudah sangat sepi setelah Isya. Tidak ada keranaian. Sunyi dan cukup gelap. Tidak ada lampu jalan, hanya cahaya redup yang datang dari tiap rumah warga. Setelah menyantap makan malam yang sangat nikmat (ikan mas, ikan mujair, ikan asin, ikan teri, sayur asem, sambal ulek), Pak Burhan sebagai dosen pembimbing dan beberapa senior yang menjadi pengawas, berkunjung ke rumah kami. Kurang lebih satu jam kami mengobrol, main capsa, dan nyemil tentunya.
Setelah Pak Burhan dan para pengawas pamit, kamipun berkumpul lagi di ruang tamu yang secara resmi sudah kami jadikan basecamp. Di ruang ini terdapat 2 buah sofa hijau yang juga sudah hampir habis busanya beserta sebuah meja bertaplak coklat muda. Apapun kondisinya, toh kami tetap merasa nyaman. Hehe..
Rasa bosan mulai melanda. Mungkin karena seharian hanya di dalam rumah. Atau ke teras yang hanya berjarak 2 langkah dari ruang tamu. Dan juga kami belum terbiasa tidur cepat, seperti kebiasaan warga Desa pada umumnya. Sedikit berdiskusi asal, akhirnya kami memutuskan untuk berjalan-jalan malam ke lingkungan sekitar. Langit yang masih menurunkan hujanpun tidak mengurungkan niat kami. Payung, jas hujan, senter, dan sandal jepit langsung kami siapkan.
Setelah pamitan dengan orang rumah, kamipun mulai berjalan kaki. Tujuan pertama rumah kelompok Dipta yang berjarak cukup dekat. Berjalan melewati kebun sekitar yang sangat gelap, kamipun sampai di rumah kelompok Dipta. Ternyata sambutan kurang hangat, hehe.. Sepertinya mereka sedang sibuk berdiskusi dengan Pak Burhan dan para pengawas yang sedang berkunjung.
Perjalanan kami lanjutkan. Tujuan berikutnya rumah kelompok Indra. Dika yang sudah sempat berkunjung ke rumah itu waktu sore, langsung melarang kami untuk kesana. “Itu jalanannya serem bangeet..!”. Entah keberanian dari mana, kamipun tetap melanjutkan jalan ke rumah kelompok Indra.
Jalan turunan cukup terjal, berlapis tanah yang ditumpuk dengan ribuan batu, dikelilingi oleh perkebunan segala macam tanaman, dan TANPA ada lampu sama sekali. Serem? YA! Suasana seperti jurit malam, dan sepertinya kami ber-7 hanya berani melihat ke bawah sambil menerangkan jalanan dengan senter. Tidak ada kejadian menyeramkan di perjalanan itu. Setelah 15 menit kamipun sampai di tempat tujuan.
Kembali kami mendapatkan sambutan kurang hangat. Kelompok Indra yang sedang berkumpul di ruang tamu, justru mematikan lampu ruangan, entah kenapa. Mungkin mereka pikir kami petugas jaga malam.. Hehe.. Tapi akhirnya setelah sadar dikunjungi, merekapun membuka pintu. Ngobrol-sekitar 10 menit, kamipun pamit. Untuk kembali melewati jalanan seram yang akan kami lewati dengan menanjak sekarang.
Suasana jurit malam kembali terasa. Ayat-ayat Al-Qur'an keluar dari mulu mereka yang muslim. Jalanan yang becek, berbatu, dan menanjak itu memaksa kami berjalan perlahan. Dan tiba-tiba! “Mbeeeeeeeekkkk” muncul suara kambing tepat di telinga sebelah kiri kelompok kami. Cukup keras, dekat, dan berhasil membuat kami kaget, melompat ke sebelah kanan. Kecuali Lidya yang cuma diam, terbujur kaku, sangking takut dan kaget. Hahaha.. Lutut kerasa lemes. Perjalanan nanjak juga jadi terasa makin berat. Salut buat si kambing, dia berhasil menjadi panitia jurit malem buat kami Hehe..
Sudah sampai depan rumah. Ternyata kami masih males pulang. Semua pintu rumah sudah tertutup, keluarga Pak Cecep kayanya udah tidur. Kami juga membawa kunci ruang tamu. Jadi kami melanjutkan berjalan ke arah yang berbeda.
Berjalan jauh tanpa tujuan mengikuti alur jalanan utama Desa. Sudah tidak ada kehidupan, semua pintu rumah sudah tertutup, selain sebuah toko pulsa yang masih buka, dijaga oleh 2 orang remaja pria. Juga terdapat satu orang yang berjaga di pos siskamling. Atau sesekali menegur pengendara motor yang lewat.
Sudah jauh, sadar akan ketidak jelasan tujuan, kamipun berjalan balik. Tiba-tiba! “Guk guk guk..!!” Anjing menggonggong dari jarak yang tidak terlalu jauh, tidak terikat, dan berposisi siap mengejar. Jaka yang (sepertinya) paling takut anjing, langsung melompat ke teras rumah sebelah kami. Hahaha.. Ternyata hanya anjing setempat bernama Bobi, yang selalu ikut siskamling. Si bobi pun di tenangkan si Bapak yang lagi jaga di pos. Selanjutnya? Jelas ngata-ngatain Jaka.
Ternyata di toko pulsa yang hanya berjarak sekitar 200 m dari rumah kami itu, juga menjual minuman-minuman panas seperti kopi atau susu. Kamipun mampir dan langsung memesan susu panas. Ngobrol-ngobrol juga dengan penjaga toko. Suasananya enak, sampai kami beranggapan harus sering-sering ke toko pulsa itu. Hehe..
Setelah kurang lebih 20 menit, kamipun pulang. Waktu sudah menunjukkan pukul 11. Bergantian ke kamar mandi untuk cuci kaki ataupun buang air, setelah itu kamipun langsung menuju kamar masing-masing dan tidur.. :)
written by : Muhamad Septiansyah (Jaka)
Sedikit perkenelan dulu ya.. Blog ini dibuat oleh beberapa mahasiswa S1 Bisnis Prasetiya Mulya yang berkumpul dalam satu kelompok untuk mengikuti kegiatan Community & Development Project yaitu tinggal di sebuah Desa terpencil di tengah-tengah pegunungan di daerah Sukabumi. Seluruh mahasiswa dibentuk menjadi 14 kelompok, yang masing-masing akan tinggal di sebuah rumah penduduk yang ada di 2 Desa besar yakni Desa Pulosari dan Desa Palasari. Terpencil? Lumayaaaaannnn...
Apa itu Sadeees? Nama Blog kami ini adalah nama kelompok dan juga nama produk kelompok kami. Terdiri dari 4 laki-laki dan 3 perempuan, yakni Nessia Kartika (Ketua), M. Septiansyah (Jaka - Wakil Ketua), Abidzar Rahadi (Abi), Amanda Siallagan, Dibya Adhika (Dhika), Lidya Harahap, dan William. Produk yang akan kami produksi di Sukabumi adalah kripik Pisang Balado. Bingung? Pernah makan singkong balado? Ya mirip-mirip gitu lah.. Cukup ya perkenalannya..
Sesuai jadwal, mulai pukul 7, kita berkumpul di kampus tercinta. Ngumpulin barang-barang, fotocopy ktp, ngambil kaos seragam, dan ngetawain temen-temen yang bawa barang super banyak. Hehehe..
Pas lagi heboh-hebohnya semua kelompok ngurusin barang masing-masing, muncul Lidya dengan mobilnya yang dari luar udh terlihat barang yang bertumpuk (Gas, kompor, peralatan Dapur, dan belasan barang yang lain). Kelompok kita emang belum nge-drop barang apapun di Sukabumi, walaupun ada beberapa kelompok yang udah. Sempet bingung juga mikirin gimana harus angkat barang segitu banyak. Sementara sudah ada rumor jarak jalan kaki yang cukup jauh dari tempat parkir bus. Tapi setelah turun mobil, Lidyapun berkata “Mobil gue ikut nganter..!!“. Kami ber6 pun langsung menjawab dengan “Terima kasih ya Tuhaann..!!” Hehe.. Semua barang-barang berat, langsung kita masukin ke mobil Lidya..
Udah kebayang pas nyampe di desa nanti bakal ngeliat kelompok lain berat-berat angkat barang sementara mobil Lidya bakalan ngikut dan berenti di depan rumah Pak Cecep, mitra kami di Sukabumi. Hehe..
Perjalanan dimulai jam 10, menggunakan 4 bus Hiba Utama yang (ternyata) ga pake AC dan cukup sempit jarak antar tempat duduk. Dibekali sekotak Hoka-Hoka Bento dan sekotak snack yang dikasih sama kampus. Total perjalanan sekitar 4 jam kurang dikit. Kegiatan di bus ya pada umumnya aja. Berisik, makan, tidur, ngatain orang, dan lain-lain.
Pemberhentian pertama, kantor Kepala Desa Palasari, ada acara pembukaan. Setelah memberikan salam selamat tinggal ke kelompok yang tinggal di Palasari, 2 bus melanjutkan perjalanan ke Desa Pulosari, termasuk bus kelompok kami.
Perjalanan pendek sekitar 15 menit, sampailah kami di sebuah lapangan voli, diwarnai dengan hujan cukup deras dan udara yang sangat dingin, bersih, bahkan segar. Tanpa asap knalpot ataupun udara yang kotor. Sayup-sayup terdengar sautan bahasa Sunda yang menjadi bahasa sehari-hari, dari rumah warga sekitar. Terlihat pula jalanan yang masih cukup panjang ke depan yang tidak dapat lagi dijangkau bus.
Di samping lapangan Voli, terdapat sebuah rumah tak bertingkat, yang berukuran cukup besar (lebar), dibaluti oleh cat warna ungu, memiliki warung serba ada, dengan pemandangan kebun pohon pisang, pepaya, dan pohon-pohon tak berbuah yang menjadi pemisah antar rumah-rumah di sekitar.
Sedikit terbayang alangkah enaknya kalo rumah kelompok kita disitu. Langsung tanya ke Abi, karena dia sudah survey rumah. “Rumah kita dimana Bi?” Abi pun dengan tenang langsung menjawab “Itu tuh..”, menunjuk rumah Ungu nan indah. “Waaahh!! Ternyata itu rumah kita!!” Alhasil kami tak perlu berjalan jauh. Cukup melihat 2 kelompok lain yang rumahnya masih harus berjalan kaki dari lapangan voli. Ada kelompok Dipta yang berjarak cukup dekat juga, sekitar 5 menit, dan kelompok Indra yang masih harus turun bukit, ya sekitar 15 menit.
Kami tinggal di rumah keluarga Pak Cecep yang beristri Ibu Ayi, dengan 2 orang anak bernama Defit (Baca : Depit) yang berusia 5 tahun dan Silvy yang duduk di kursi SMP. Tinggal juga disini keponakan Pak Cecep yang masih berusia 4 tahun, Tomi. Rumah ini terletak di samping jalan utama desa Pulosari. Jadi cukup sering kendaraan lewat terutama motor, yang menjadi salah satu alat transportasi utama di Desa ini.
Sedikit gambaran rumah, keluarga Pak Cecep termasuk yang cukup maju di Desa ini. Ada tv, kulkas, rice cooker, dispenser minuman, lantai ber-ubin (kecuali lantai dapur yang masih dari semen), dan yang paling penting, kamar mandi yang cukup bersih. Kloset jongkok dan bak berisi air yang sangat bening dan dingin.
Kami langsung merapihkan barang di 2 kamar kecil yang terletak di bagian depan, mengapit ruang tamu. Lampu kuning redup di kamar langsung kami ganti dengan lampu putih hemat energi yang kami bawa dari Jakarta. Ukuran kamar wanita lebih kecil dibanding kamar pria. Tiap kamar memiliki kasur tipis yang sudah hampir habis busanya, dengan bantal dan guling yang juga sama kondisinya. Tapi kamar yang bersih sudah cukup untuk membuat kami tersenyum. :)
Hujan terus turun seharian, bahkan sampai malam. Untuk hari pertama kami cuma banyak duduk mengobrol ketawa-ketawa di ruang tamu. Menghabiskan waktu yang terasa berjalan sangat lambat, sambil menikmati keripik pisang dan teh manis panas yang disuguhi Bu Ayi. Mau tau apa yang pertama kali kita omongin? Jadwal pulang ke Jakarta! Haha.. Hitung-hitung jatah pulang. Jadi tiap mahasiswa mendapat jatah pulang ke Jakarta selama 6 hari. Kita atur sendiri jadwalnya. Yaa, kita ngobrol aja terus ngalor ngidul sampe malem disitu. Kami rasa kelompok lain juga masih menikmati suasana rumah masing-masing. So excited =)
Waktu menunjuk pukul 7.30 malam. Suasana desa sudah sangat sepi setelah Isya. Tidak ada keranaian. Sunyi dan cukup gelap. Tidak ada lampu jalan, hanya cahaya redup yang datang dari tiap rumah warga. Setelah menyantap makan malam yang sangat nikmat (ikan mas, ikan mujair, ikan asin, ikan teri, sayur asem, sambal ulek), Pak Burhan sebagai dosen pembimbing dan beberapa senior yang menjadi pengawas, berkunjung ke rumah kami. Kurang lebih satu jam kami mengobrol, main capsa, dan nyemil tentunya.
Setelah Pak Burhan dan para pengawas pamit, kamipun berkumpul lagi di ruang tamu yang secara resmi sudah kami jadikan basecamp. Di ruang ini terdapat 2 buah sofa hijau yang juga sudah hampir habis busanya beserta sebuah meja bertaplak coklat muda. Apapun kondisinya, toh kami tetap merasa nyaman. Hehe..
Rasa bosan mulai melanda. Mungkin karena seharian hanya di dalam rumah. Atau ke teras yang hanya berjarak 2 langkah dari ruang tamu. Dan juga kami belum terbiasa tidur cepat, seperti kebiasaan warga Desa pada umumnya. Sedikit berdiskusi asal, akhirnya kami memutuskan untuk berjalan-jalan malam ke lingkungan sekitar. Langit yang masih menurunkan hujanpun tidak mengurungkan niat kami. Payung, jas hujan, senter, dan sandal jepit langsung kami siapkan.
Setelah pamitan dengan orang rumah, kamipun mulai berjalan kaki. Tujuan pertama rumah kelompok Dipta yang berjarak cukup dekat. Berjalan melewati kebun sekitar yang sangat gelap, kamipun sampai di rumah kelompok Dipta. Ternyata sambutan kurang hangat, hehe.. Sepertinya mereka sedang sibuk berdiskusi dengan Pak Burhan dan para pengawas yang sedang berkunjung.
Perjalanan kami lanjutkan. Tujuan berikutnya rumah kelompok Indra. Dika yang sudah sempat berkunjung ke rumah itu waktu sore, langsung melarang kami untuk kesana. “Itu jalanannya serem bangeet..!”. Entah keberanian dari mana, kamipun tetap melanjutkan jalan ke rumah kelompok Indra.
Jalan turunan cukup terjal, berlapis tanah yang ditumpuk dengan ribuan batu, dikelilingi oleh perkebunan segala macam tanaman, dan TANPA ada lampu sama sekali. Serem? YA! Suasana seperti jurit malam, dan sepertinya kami ber-7 hanya berani melihat ke bawah sambil menerangkan jalanan dengan senter. Tidak ada kejadian menyeramkan di perjalanan itu. Setelah 15 menit kamipun sampai di tempat tujuan.
Kembali kami mendapatkan sambutan kurang hangat. Kelompok Indra yang sedang berkumpul di ruang tamu, justru mematikan lampu ruangan, entah kenapa. Mungkin mereka pikir kami petugas jaga malam.. Hehe.. Tapi akhirnya setelah sadar dikunjungi, merekapun membuka pintu. Ngobrol-sekitar 10 menit, kamipun pamit. Untuk kembali melewati jalanan seram yang akan kami lewati dengan menanjak sekarang.
Suasana jurit malam kembali terasa. Ayat-ayat Al-Qur'an keluar dari mulu mereka yang muslim. Jalanan yang becek, berbatu, dan menanjak itu memaksa kami berjalan perlahan. Dan tiba-tiba! “Mbeeeeeeeekkkk” muncul suara kambing tepat di telinga sebelah kiri kelompok kami. Cukup keras, dekat, dan berhasil membuat kami kaget, melompat ke sebelah kanan. Kecuali Lidya yang cuma diam, terbujur kaku, sangking takut dan kaget. Hahaha.. Lutut kerasa lemes. Perjalanan nanjak juga jadi terasa makin berat. Salut buat si kambing, dia berhasil menjadi panitia jurit malem buat kami Hehe..
Sudah sampai depan rumah. Ternyata kami masih males pulang. Semua pintu rumah sudah tertutup, keluarga Pak Cecep kayanya udah tidur. Kami juga membawa kunci ruang tamu. Jadi kami melanjutkan berjalan ke arah yang berbeda.
Berjalan jauh tanpa tujuan mengikuti alur jalanan utama Desa. Sudah tidak ada kehidupan, semua pintu rumah sudah tertutup, selain sebuah toko pulsa yang masih buka, dijaga oleh 2 orang remaja pria. Juga terdapat satu orang yang berjaga di pos siskamling. Atau sesekali menegur pengendara motor yang lewat.
Sudah jauh, sadar akan ketidak jelasan tujuan, kamipun berjalan balik. Tiba-tiba! “Guk guk guk..!!” Anjing menggonggong dari jarak yang tidak terlalu jauh, tidak terikat, dan berposisi siap mengejar. Jaka yang (sepertinya) paling takut anjing, langsung melompat ke teras rumah sebelah kami. Hahaha.. Ternyata hanya anjing setempat bernama Bobi, yang selalu ikut siskamling. Si bobi pun di tenangkan si Bapak yang lagi jaga di pos. Selanjutnya? Jelas ngata-ngatain Jaka.
Ternyata di toko pulsa yang hanya berjarak sekitar 200 m dari rumah kami itu, juga menjual minuman-minuman panas seperti kopi atau susu. Kamipun mampir dan langsung memesan susu panas. Ngobrol-ngobrol juga dengan penjaga toko. Suasananya enak, sampai kami beranggapan harus sering-sering ke toko pulsa itu. Hehe..
Setelah kurang lebih 20 menit, kamipun pulang. Waktu sudah menunjukkan pukul 11. Bergantian ke kamar mandi untuk cuci kaki ataupun buang air, setelah itu kamipun langsung menuju kamar masing-masing dan tidur.. :)
No comments:
Post a Comment